21 April 2014

TOKEK BUDEG




PERINGATAN hari kemerdekaan di negeri binatang berlangsung meriah dengan acara – acara perlombaan. Salah satu acara yang paling menarik yang diletakan di puncack acara adalah panjat pinang untuk para tokek. Batang pinang dilumuri dengan getah salah satu pohon yang licin, bedanya dari perlombaan panjat pinang biasa, perlombaan ini tidak untuk memperebutkan sesuatu di atas dan tidak pula harus bekerjasama. Perlombaannya sederhana yakni siapa yang duluan sampai kepuncak pohon pinang, dialah pemenangnya. Aturannya sederhana, yakni jika ada tokek yang sudah jatuh masih diberi kesempatan tiga kali untuk naik, namun jika sudah ada tokek yang sampai duluan di puncak maka pertandingan berakhir dengan tokek yang terlebih dahulu sampai di puncak sebagai pemenang pertamnya.
Total peserta tokek yang ikut sebanyak 25 ekor yang datang dari berbagai negri binatang. Selain berpartisipasi dalam memeriahkan hari kemerdekaan binatang, mereka tampaknya juga tergiur dengan hadiah rumah tokek yang ditawarkan. Disamping tentunya hadiah – hadiah lain yang menggiurkan.
Ketika juri meniup tanda perlombaan dimulai, maka ke-25 itu langsung berebut naik. Baru beberapa menit, sudah ada tokek yang tergelincir jatuh. Penonton pun semakin histeris dengan perjuangan tokek yang susah payah mencapai puncak. Ada yang memotivasi, namun lebih banyak yang mencerca serta sok mengatur. Dalam hal ini, mungkin penonton lebih hebat dari pemain itu sendiri.
Beberapa waktu telah berlalu, para tokek yang tereliminasi pun sudah banyak karena sudah jatuh bangun lebih dari tiga kali. Tinggalah enam tokek yang sedang berjuang menuju puncak. Namun anehnya, penonton bukan semakin memotivasi, melainkan memeberitahukan bahwa tidak mungkin untuk mencapai puncak yang sedemikian tinggi sementara badan tokek kecil. Suara penonton pun mulai berubah. “Sudahlah tidak mungkin sampai, turun saja!” demikian sorak penonton.
Yang lain mengatkan “jangan gara-gara iming-iming rumah kau korbakan sesuatu yang mungkin berguna untuk yang lain.”
Bahkan tokek senior yang tidak ikut bermain malah berkomentar, “Zaman saya dulu saja tidak se “NGOTOT” ini, yang penting jalan saja seperti rutin.”
Sementara itu para petinggi binatang mulai bersuara, “Sudahlah tokek sengaja kita buat perlombaan ini hanya untuk seneng-seneng dan sengaja dirancang agak sulit. Jadi, turunlah! Tidak mungkin kamu mencapai puncak!”
Mendengar teriakan – teriakan yang demikian, beberap tokek mulai jatuh motivasinya, daya juang mereka semakin melorot, dan akhirnya mulai tereliminasi satu persatu. Melihat kondisi yang demikian penonton semakin lantang berteriak bahwa tidak mungkin ada tokek yang dapat mencapai puncak. Namun demikian, perlombaan belum selesai. Dari lima tokek yang tereliminasi, tinggal satu tokek yang merangkak naik, perlahan namun pasti. Melihat hal ini penonton kembali bersorak dan mencemooh sang tokek, bahwa tidak mungkin mencapi puncak itu.
Bahkan seekor binatang yang kaya raya mengatakan, “Hey tokek, turunlah! Kalau demi rumah kau rela berkorban untuk sesuatu yang tidak mungkin, kau pakailah rumahku dan turunlah! Sebab semakin tinggi kau merangkak maka semakin besar resiko kamu untuk jatuh, dan itu sangat menyakitkan!”
Namun, kata – kata si binatang kaya ini pun tidak di gubris oleh sang tokek. Mendekati tengah hari, semua penonton mulai terdiam. Mereka melihat tokek dengan konstan merangkak dan akhirnya ....... MENCAPAI PUNCAK!
Gagap gempita dan sorak-sorai penonton pun meledak melihat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Bahkan rekan-rekannya yang terlebih dahulu, ikut menangis terharu melihat rekannya yang bisa mencapai puncak. Setelah diturunkan dengan tali khusus, beberapa penonton dan petinggi binatang berusaha mencari tahu apa yang menyebabkan sang tokek bisa mencapai puncak dan meraih hadiah rumah yang layak. Betapa kagetnya mereka, setelah di periksa ternyata sang tokek pemenang tersebut tidak bisa mendengar alias tuli bin BUDEK.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar